SANREGOPLUS
OBAT KUAT DARI KISAH KUDA LIAR


[Kutipan Artikel Trubus : No. 360 edisi November 1999]. Sudirman akhirnya meluluskan gugatan cerai sang istri. Apa boleh buat, selama 5 tahun mengarungi bahtera rumah tangga ia tak bisa memberikan “nafkah” batin. Impotensi menyerang pada minggu pertama perkawinan. Belakangan ia sudah nikah lagi menyusul anjuran kakaknya terapi dgn seduhan L.Amara.

Tadinya Sudirman (nama samaran) hampir putus asa. Bagaimana tidak, sewaktu masih pacaran mendambakan anak dari kekasih yang sangat dicintainya. Tahunya, jangankan keturunan, hari-hari penuh kemesraan malah seakan jadi neraka. Beruntung saudara-saudaranya selalu menasehati dan  membesarkan hati termasuk mendukung pendanaan untuk pengobatan kemana pun ia mau. Maklum lelaki asli Bone Sulalwesi Selatan ini hanya bekerja sebagai pegawai negeri. Mulai dari dokter spesialis hingga dukun nun jauh disana tak terlewatkan didatangi. Namun usahanya tak membuahkan hasil hingga keputusan cerai diambil.

Jalannya memang ada-ada saja. Seorang petani di Desa Sanrego Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan tengah mengembalakan kuda. Daerah ini memang tercatat sebagai sentra kuda. Kuda kuda bagus untuk pacu kebanyakan di datangkan dari sini. Jadi tak heran bila dalam pengembalaan ada puluhan kuda yang harus diawasi. Jantan dan  betina dicampur, karena kalaupun terjadi birahi dan  saling kawin tak saling membahayakan. Namun pengalaman belasan tahun nyaris tak ditemukan kuda kawin di padang penggembalaan. Sehingga ketika terlihat ada kuda jantan agresif, mengejar dan  menaiki kuda betina, timbul pertanyaan dalam benak si penggembala.

Oh...., ternyata ada daun berukuran besar, panjang sekitar 30 cm dan  lebar 15 cm, dimakan kuda tadi. Tumbuhan yang berdaun mirip jantung ini mencolok diantara semak belukar. Si pengembala semakin penasaran, kuda jantan itu tidak puas hanya dengan satu betina. Beberapa ekor menjadi pemuas nafsu birahinya. Padahal, dalam menjalankan aksinya setiap betina dinaiki berkali-kali.. Itung – itung sebagai kelinci percobaan si pengembala mencoba merebus batang kayunya. Tentu saja setelah dipotong potong terlebih dahulu. Lalu air hasil rebusannya diminum. Luar biasa, nafsu dan  kekuatan si penggembala tak ada bedannya dengan kuda. Kekuatannya tak seperti biasa.

Informasi berharga inilah yang kemudian dibuktikan oleh Sudirman. Hanya dengan minum seduhan L. Amara 5 gelas berturut turut, Sudirman sudah dikaruniai anak dari istri barunya. Impotensinya sembuh total. Hal yang sama juga dialami Asmuddin dari Bone yang mengalami impotensi karena suka "jajan". Impotensinya disembuhkan dengan meminum air dari rebusan L. Amara.

Disebut-sebut bahwa L. Amara potensial menggantikan viagra yaitu obat kuat yang pernah menghebohkan. Viagra sebetulnya adalah obat untuk penderita tekanan darah tinggi, cuma efek sampingnya ereksi jadi lebih lama. Viagra bila dikonsumsi oleh orang normal sangat berbahaya untuk kesehatan karena tekanan darah menjadi tidak normal karenanya. Efek viagra juga bersifat temporal saja sehingga akhirnya menimbulkan ketergantungan. 

Berbeda dengan viagra tanaman dengan nama ilmiah/ latin L. Amara ini bersifat alami sehingga aman, murah dan  tidak menimbulkan ketergantungan. L. Amara sudah diteliti secara ilmiah dan  khasiatnya untuk membangkitkan kejantanan pria sudah diakui banyak orang serta mendapat respect dari dr. Boyke yang merupakan seksolog ternama. Selain sebagai pembangkit "semangat" tanaman L. Amara juga secara tradisional sering digunakan sebagai obat diabetes melitus, anti diare, penawar racun,obat malaria, kelainan kulit dan  gigitan ular.

Ternyata kisah keampuhan L. Amara ini tidak hanya diketahui oleh Sudirman dan  keluarganya melainkan telah menjadi resep ramuan rahasia keperkasaan dan  kejantanan pria. yang tertarik pada kisah L. Amara ini tidak hanya orang awam. Prof. Dr. H. Muhsin Darise, M.Sc, Guru Besar Farmasi UNHAS sampai mengorbankan biaya untuk menelitinya. Beberapa ilmuwan yang juga meneliti L. Amara diantaranya : Ludvina S. De Padua dari Filipina, Linda S dan  Mimi D. dai dari UNHAS, serta Nurbita peneliti dari Universitas Pancasakti. Saking yakinnya Prof. Dr. H. Muhsin Darise, M.Sc yang merupakan lulusan S1 ITB tahun 1974, S2 dan  S3 Hirosima University Jepang dalam bidang farmasi tahun 1981 dan  1985 mengatakan "Saya jamin kehebatan kayu L. Amara meningkatkan gairah seks laki-laki."

++Lain kisah khasiat tanaman L. Amara, lain pula kisah khasiat Kayu Akway dari Papua. Ternyata, resep rahasia Obahorok Kepala Suku Dani di Papua sehingga mampu melayani 40 orang istri, plus 1 istri bule dari Amerika adalah Kayu Akway. Periset di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan  Obat (BALITTRO), yaitu Dr. Ir. Nurliana Bermawie dan  Cahyaningsih, Agus Herdata dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan  M. Syakir dari Pusat Penelitian Pengembangan Perkebunan yang tergabung dalam Tim Peneliti Akway dalam Program Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi memberikan pernyataan bahwa, "Penelitian dengan metode yang ilmiah telah membuktikan kulit kayu pohon Akway (Drymis sp) berkhasiat sebagai afrodisiak. Kulit batang berwarna merah dan  aromatiknya mampu meningkatkan kadar testosteron dan  gairah seksual."

Teknisi Balai Penelitian Tanaman Rempah dan  Obat, Wawan Lukman yang mencoba mengikuti petuah kepala adat di Manokwari Papua, yaitu ketika akan pergi ke Arfak meminum ramuan Kayu Akway mendapati hasil yang luar biasa. Berjalan kaki selama 9 jam hingga ke dataran tinggi Arfak dia tetap bugar. Rekannya, peneliti Balittro, Ir Budi Martono, yang saat itu tidak meminum rebusan Akway hanya mampu berjalan kaki 4 jam, di ketinggian 600 m di atas prmukaan laut, Budi menyerah dan kembali turun gunung.

Bagi Anda yang ingin mencoba khasiat dua tanaman asli Indonesia ini tidak perlu bingung atau repot pergi ke Sulawesi dan  Papua. Rajangan kayu L. Amara dan  serbuk Kayu Akway kini telah dihadirkan dalam bentuk Jamu Seduh SanregoPlus yang juga diperkaya dengan ekstrak pasak bumi dan  ginseng sehingga khasiatnya lebih lengkap dan  lebih SUPER.

Jamu Seduh SanregoPlus bermanfaat untuk OBAT IMPOTENSI, MENGATASI EJAKULASI DINI, DISFUNGSI EREKSI, JAMU KUAT, OBAT KUAT  dan MASALAH KESUBURAN LELAKI. Sangat bagus juga bagi laki-laki normal yang ingin menjaga atau \meningkatkan gairah sexualnya sehingga bisa memberikan "servis" yang lebih prima pada pasangannya karena seperti dimaklumi bersama padatnya aktivitas/ kesibukan, kelelahan dan  stress yang banyak dialami oleh kebanyakan orang saat ini seringkali mengganggu gairah sexualnya.

Anda yang memerlukan dan  ingin mencoba khasiat Jamu SanregoPlus tidak perlu khawatir karena harganya ekonomis dan  jauh lebih murah dibandingkan viagra. Harga SanregoPlus : 1 paket untuk 6x seduh hanya Rp. 155.000, jika 2 paket cuma Rp. 265.000, 3 paket cuma 375.000 dan harga untuk 10 paket hanya Rp. 1.100.000 (harga sudah termasuk ongkos kirim untuk pemesan di Pulau Jawa, untuk pembeli dari luar Jawa ada tambahan biaya kirim yang disesuaikan dgn lokasi tujuan pengiriman).

Silahkan pesan Jamu SanregoPlus dari campuran L. Amara dan  Kayu Akway asli melalui SMS/WA di 081 320 321 322. Pembayaran melalui transfer bank dan  produk dikirim melalui TIKI/ JNE. Produk ini cocok sekali jika dikombinasi dengan produk oles "HAJAR SA'ADAH". 

>> Toko Online Terpercaya Sejak 2009 | Tersedia Ratusan Macam Produk Herbal <<

WWW.GOGREEN.WEB.ID

Minggu, 24 November 2013

CARA - TEKNIK PEMBUATAN PAKAN TERNAK

1. SEJARAH SINGKAT
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan
cara mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).
2. SENTRA PAKAN TERNAK
Selama ini produksi pakan ikan alami dilakukan oleh pengusaha pembenihan ikan/udang dalam satu unit pembenihan, atau oleh Balai Budidaya milik Pemerintah. Sementara ini sentra produksi pakan ikan buatan berada di Jawa.
3. JENIS
1) Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji- bijian/jenis kacang-kacangan.
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.
a. Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria (Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput
lapangan yang tumbuh secara liar.
b. Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain.
c. Daun-daunan: daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.
2) Jerami dan hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
3) Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.
4) Konsentrat (pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.
4. MANFAAT
1) Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria).
2) Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman). Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal dan sentero
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya).
3) Sumber vitamin dan mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya.
Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.
5. PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN/PENGOLAHAN
5.1. KebutuhanPakan
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.
Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.
5.2. Konsumsi Pakan
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.
Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
a) Temperatur Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenis ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh (kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat pengaruh lingkungan.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan karena ternak membutuhkan tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan pembuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengan cara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
b) Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada
asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
c) Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisi
ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.
d) Status fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi pakannya.
e) Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah.
f) Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
g) Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut.
Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan formula:
Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661
Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75
Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
h) Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan) lebih rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya (terutama selama masa puncak produksi) di samping performansi produksinya tidak optimal.
5.3. KandunganNutrisi PakanTernak
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal dengan istilah “analisis proksimat”.
5.4. Peralatan Pembuatan Pakan Ternak
1) Macam-Macam Silo
Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung pada lokasi, kapasitas, bahan yang digunakan dan luas areal yang tersedia. Beberapa silo yang sudah dikenal adalah:
a. Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti sumur) dan di bangun di dalam tanah.
b. Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur membentuk huruf V.
c. Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau sekat yang terbuat dari bambu atau kayu.
d. Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah menara menjulang ke atas yang bagian atasnya tertutup rapat.
e. Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti kotak.
2) Cara Memformulasi Pakan
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu menggunakan Tabel Patokan Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh kebutuhan nutrisi dalam penyusunan ransum bagi sapi perah adalah sebagai berikut :
Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan menjelang beranak(melahirkan pada umur 36 bulan), membutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi sebagai berikut:
a. Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi: Bahan Kering=6,4 Kg, ME=13
Mcal, Protein=570 gram, mineral=37 kg.
b. Laktasi I: Bahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal, Protein=93,6 gram, Mineral=5 kg.
c. Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg, Protein=663,6
gram, Mineral=42 gram.
Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat diformulasikan dengan suatu metode. Misalnya bahan-bahan pakan yang tersedia adalah:
a. Rumput gajah: Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal, Protein=1,8
gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
b. Rumput Kedele: Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal, Protein=44,9
gram%BK, Mineral=6,3 gram%BK
c. Bungkil kelapa: Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal, Protein=18,6
gram%BK, Mineral=5,5 gram%BK
Rumput gajah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan kering sebanyak 80%= 80/100X7,4 kg = 5,92 kg BK.
Maka kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi rumput adalah:
sebanyak = 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.
Kekurangan:
Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
Protein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau 557,04/1480 X 100% =
37,64%.
Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 19,04/26,3 X
1,48 kg = 1,07 kg BK.
Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 7,26/26,3 X
1,48 kg = 0,41 kg BK.
Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ternak dengan kondisi tersebut di atas adalah:
Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kg Bungkil kedelai = 1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg Bungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg.
3) Teknologi Pakan
Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan dengan tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi produk yang berdaya guna.
Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan rumput sebelum diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi ternak yang mengkonsumsinya. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah beberapa bahan kimia pada bahan pakan agar dinding sel tanaman yang semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen untuk mencernanya.
Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara beriklim sub- tropis dan tropis, akan tetapi sering menyebabkan pakan menjadi tidak ekonomis dan masih memerlukan teknik-teknik untuk memodifikasinya, terutama dalam penerapannya di tingkat peternak.
Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan di lapangan adalah:
a) Pembuatan Hay
Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumput- rumputan/leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering berkadar air:
20-30%.
Pembuatan Hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.
Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:
1) Metode Hamparan
Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna kecoklat-coklatan).
2) Metode Pod
Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ±
50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang
berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
b) Pembuatan Silase
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin dilakukan.
Prinsip utama pembuatan silase:
1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.
2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap udara.
3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.
Pembuatan silase pada temperatur 27-35 derajat C., menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui secara organoleptik, yakni:
1. mempunyai tekstur segar
2. berwarna kehijau-hijauan
3. tidak berbau
4. disukai ternak
5. tidak berjamur
6. tidak menggumpal
Beberapa metode dalam pembuatan silase:
1. Metode Pemotongan
- Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm
- Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik
- Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)
- Tutup dengan plastik dan tanah
2. Metode Pencampuran
Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut:
- asam organik: 4-6kg
- molases/tetes: 40kg
- garam : 30kg
- dedak padi: 40kg
- menir: 35kg
- onggok: 30kg
Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.
3. Metode Pelayuan
- Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering
40% - 50%.
- Lakukan seperti metode pemotongan c) Amoniasi
Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbah pertanian (jerami) dengan penambahan bahan kimia: kaustik soda (NaOH), sodium hidroksida (KOH) atau urea (CO(NH2) 2.
Proses amoniasi dapat menggunakan urea sebagai bahan kimia agar biayanya murah serta untuk menghindari polusi. Jumlah urea yang diperlukan dalam proses amoniasi: 4 kg/100 kg jerami. Bahan lain yang ditambahkan yaitu : air sebagai pelarut (1 liter air/1 kg jerami).
d) Pakan Pemacu
Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan dan peningkatan populasi mikroba di dalam rumen, sehingga dapat merangsang penambahan jumlah konsumsi serat kasar yang akan meningkatkan produksi.
Molases sebagai bahan dasar pakan pemacu merupakan bahan pakan yang dapat difermentasi dan mengandung beberapa mineral penting. Dapat memperbaiki formula menjadi lebih kompak, mengandung energi cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan palatabilitas serta citarasa.
Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi. Setiap kilogram urea mempunyai nilai yang setara dengan 2,88 kg protein kasar (6,25X46%). Dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna.
1. Proses Pembuatan
Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap :
- Molases (29% dari total formula) dipanaskan pada suhu ± 50 derajat
C.
- Buat campuran I (tapioka 16%, dedak padi 18%, bungkil kedelai
13%).
- Buat campuran II (urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).
- Buat campuran III (tepung tulang 5% dan mineral 1%).
- Buat campuran IV dari campuran I, II, III yang diaduk merata.
- Masukkan campuran IV sedikit sedikit ke dalam molases, diaduk hingga merata (±15 menit).
- Masukkan dalam mangkok/cetakan kayu beralas plastik dan padatkan.
- Simpan di tempat teduh dan kering.
2. Kualitas Nutrisi
Hasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibuat dengan formulasi tersebut mempunyai nilai nutrisi sebagai berikut: Energi 1856 Kcal, protein 24%, kalsium 2,83% dan fosfor 0,5%.
3. Jumlah dan Metode Pemberian
Pemberian pakan pamacu dapat meningkatkan konsentrasi amonia dalam rumen dari (60-100) mgr/liter menjadi 150-250 mgr/liter. Jumlah pemberian pakan pemacu disesuaikan dengan jenis dan berat badan ternak. Untuk ternak ruminansia kecil (domba/kambing) maksimum 4 gram untuk setiap berat badan. Untuk ternak ruminansia besar (sapi) 2 gram untuk setiap berat badan dan 3,8 gram untuk kerbau. Pemberian pakan pemacu sangat cocok bagi ternak ruminansia yang digembalakan dan diberi sisa tanaman pangan seperti jerami atau bahan pakan berkadar protein rendah.
e) Pakan Penguat
Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung adalah sejenis pakan komplet yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan berperan sebagai penguat. Mudah dicerna, karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pakan penguat:
1. Ketersediaan Harga Satuan Bahan Pakan
Beberapa bahan pakan mudah diperoleh di suatu daerah, dengan harga bervariasi, sedang di beberapa daerah lain sulit didapat. Harga perunit bahan pakan sangat berbeda antara satu daerah dan daerah lain, sehingga keseragaman harga per unit nutrisi (bukan harga per unit berat) perlu dihitung terlebih dahulu.
2. Standar kualitas Pakan Penguat
Kualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi yang dikandungnya terutama kandungan energi dan potein. Sebagai pedoman, setiap Kg pakan penguat harus mengandung minimal 2500
Kcal energi dan 17% protein, serat kasar 12%.
3. Metode dan Teknik Pembuatan
Metode formulasi untuk pakan penguat adalah metode simultan, metode segiempat bertingkat, metode aljabar, metode konstan kontrol, metode ekuasi atau metode grafik.
4. Prosedur Memformulasi
- Buat daftar bahan pakan yang akan digunakan, kandungan nutrisinya (energi, potein), harga per unit berat, harga per unit energi dan harga per unit protein.
- Tentukan standar kualitas nutrisi pakan penguat yang akan dibuat.
- Memformulasi, dilakukan pada form formulasi.
- Tentukan sebanyak 2% (pada kolom %) bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral.
- Tentukan sebanyak 30% bahan pakan yang mempunyai kandungan energi lebih tinggi daripada kandungan energi pakan penguat, tetapi harga per unit energinya yang paling murah (dapat digunakan lebih dari 1 macam bahan pakan).
- Tentukan sebanyak 18% bahan pakan yang mempunyai kandungan protein lebih tinggi daripada kandungan protein pakan penguat, tetapi harga per unit proteinnya paling murah.
- Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dan harganya), maka
50% formula sudah diperoleh.
- Lakukan pengecekan kualitas dengan membandingkan kualitas nutrisi %0% formula dengan kualitas nutrisi 50% pakan penguat.
6. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
Pakan mengambil 70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga tetap menjadi aktual untuk dijadikan suatu bisnis yang sangat cerah. Salah satu yang memungkinkan proses agroindutri yang akan menjadi peluang bisnis yang bagus yaitu mewujudkan industri pakan blok. Selain dari pada itu telah banyak dilakukan penelitian terapan dibidang pakan blok yang sangat mungkin dikembangkan.
7. DAFTAR PUSTAKA
1) Kartadisastra, H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak
Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius
2) Budi Pratomo (1986). Cara Menyusun ransum ternak. Poultri Indonesia.
3) Suara Karya, 3 Maret 1992. Mengenal Pakan Ternak Jenis Unggul.
4) Neraca, 6 Juni 1991. Jenis Pakan Yang Cocok Untuk Ternak.
5) Suara Karya, 19 Januari 1993. Memanfaatkan Sisa Pakan.
6) Suara Karya, 2 Juni 1992. Silase, Pakan Ternak Musim Kemarau.
7) Neraca, 1 Juli 1991. Pemgolahan Jerami Menjadi Pakan Yang Disukai
ternak.
8) Pikiran Rakyat, 21 Mei 1990. Perlakuan Khusus Terhadap Biji-bijian Bahan
Pakan Ternak.
9) Neraca, 20 juli 1990. Pembuatan Hijauan Makanan Ternak.
10) Suara Karya, 15 September 1992. Cara Menanam Rumput Gajah.
11) Kedaulatan Rakyat, 21 Juni 1990. Prospek Industri Makanan Ternak
Limbah Coklat di Wonosari Cerah.
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas